Senin, 11 Agustus 2008

5 CIRI PRIBADI MUSLIM



Menjadi Pribadi Yang Penuh Daya Tarik
Oleh : Sumardi Evulae[1]





Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan,
Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya,
atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa) Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. (QS;04:86)

Untuk memiliki kepribadian menyenangkan bukanlah sesuatu yang sulit, yang pasti banyak jalan memperolehnya. Namun yang terpenting adalah adanya kemauan dalam diri kita untuk memiliki kepribadian yang menyenangkan. Sebab dengan memiliki kepribadian ini bukan hanya dapat mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani orang yang memilikinya, akan tetapi ia juga akan mendapatkan orang lain merasa nyaman berada di sisinya. Memiliki kepribadian yang menyenangkan bukan saja harus dimiliki oleh seorang da’i yang setiap hari tugasnya adalah menyampaikan risalah dakwah kepada masyarakat, namun juga oleh siapapun, dan pada profesi apapun. Sebab pada hakekatnya manusia di manapun sama, ia akan tertarik pada sesuatu yang ia lihat menyenangkan, dan akan lari dari sesuatu yang terlihat menjengkelkan.

Betapa senangnya hati kita, ketika kita mendapatkan banyak orang yang menghargai kita, menghormati kita, memperdulikan kita, namun bukan karena ada apa-apanya, tetapi semata-mata karena kita memiliki kepribadian yang menyenangkan. Sungguh sangat sengsara seseorang yang senantiasa mendapatkan pujian banyak orang, sanjungan, perhatian, penghargaan, dan lain-lainnya hanya karena orang-orang tersebut takut akan ketidakstabilan emosinya yang kemungkinan bakal mengancam masa depan hidupnya. Percayalah bahwa semua hal yang dia dapatkan berupa sanjungan itu hanyalah semu belaka dan tidak akan bertahan lama. Hal ini karena pujian itu tidak keluar dari dalam hati yang paling dalam, karena ia muncul bersamaan dengan adanya kepribadian yang tidak menyenangkan.

Ada 5 (lima) cara islami yang di ajarkan Rasulullah SAW bagaimana memiliki kepribadian yang menyenangkan:

Pertama
Memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan orang lain; salah satu sifat seorang muslim yang berjiwa besar adalah, dalam dirinya selalu tersimpan rasa ingin selalu berkhidmat kepada orang lain dan bukan meminta dikhidmati oleh orang lain. Karena ia merasa yakin bahwa sebanyak itu ia memberikan perhatian kepada orang, sebanyak itu pula ia akan mendapatkan perhatian dari orang lain. Orang lain tak ubahnya sebagai refleksi dari pada diri kita sendiri.

Pepatah Melayu mengatakan “Jika buruk wajah jangan lalu cermin di pecah” tetapi perbaikilah bentuk dan raut wajah, niscaya cermin itu dengan sendirinya akan mengeluarkan pantulan yang indah. Nah, salah satu yang dapat memantulkan bayangan indah dari cermin orang lain itu adalah perilaku kita yang senantiasa ingin memperlihatkan apa yang menjadi kebutuhan orang lain. Tidak ada yang dapat membahagiakan hati kita, kecuali jika kita telah benar-benar membantu dan meringankan beban orang lain, tentu dengan satu keyakinan bahwa Allah SWT akan senantiasa meridhai segala apa yang kita perbuat.

Ada satu hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Dawud, di mana Nabi bersabda; “Barang siapa yang diserahi amanat untuk mengurus kebutuhan umat, namun ia lalai atau tidak memperdulikan kebutuhan, kepentingan dan keterdesakan mereka, maka Allah SWT akan memperlakukannya sama dengan tidak akan memperdulikan kebutuhan, kepentingan dan keterdesakannya di hari akhirat kelak”.

Kedua Lemah lembut dan dapat mengontrol emosi; dalam hidup ini terkadang dalam hati kita sudah tertanam untuk tidak melakukan perbuatan buruk yang bakal merugikan orang lain, namun perbuatan buruk itu bisa jadi muncul dan orang lain. Ada saja perbuatan orang lain yang membuat kita merasa jengkel dan panas hati, boleh jadi perbuatan tersebut disengaja atau tanpa disadarinya. Seseorang yang memiliki kepribadian yang menyenangkan, ia tidak lantas main hantam dan menyalahkan secara kasar. Namun yang ia lakukan adalah memberikan masukkan secara bijak dan penuh kearifan. Boleh jadi dengan kearifannya ini akan membekas di hati orang yang erbuat salah kepadanya, sehingga di hari kemudian orang tadi menjadi orang yang selalu merasa takut berbuat kesalahan sekecil apapun berkat nasihat dan masukkan yang arif tersebut.

Sungguh besar pahala kita jika kita mampu merubah jalan hidup orang lain hanya semata-mata sikap lemah lembut dan kemampuan kita mengontrol emosi itu. Ketimbang, jika yang kita lakukan adalah memaki dan memarahinya seolah-olah tidak ada kata maaf dan introspeksi dalam kamus diri kita. Rasulullah SAW adalah tauladan yang paling baik, bagaimana beliau bersikap terhadap orang ‘ndeso’ yang pernah menjambak selendang beliau di tengah orang banyak secara kasar, sampai-sampai akibat jambakkan tersebut leher Rasulullah SAW merah memar. Lalu orang itu dengan keras berkata, “Wahai Muhammad berikanlah sebagian harta yang kau miliki…” Para sahabat yang ada di sekitar Nabi ingin marah, tapi sikap Rasulullah SAW ketika itu malah memberikan senyumannya kepada orang itu, lalu dengan penuh kasih sayang beliau berikan selendang yang beliau punya kepada orang tadi.

Ketiga Mampu memberikan reward dan empatik kepada orang lain; salah satu ciri orang yang memiliki kepribadian yang menyenangkan adalah ia mudah memberikan reward atau penghargaan berupa pujian tulus kepada orang yang telah berbuat baik sekecil apapun. Kata-kata seperti, “oh, memang betul-betul hebat kamu ya” atau “wah, coba kalau tidak ada kamu tadi, bisa lain urusannya”, dan lain-lain yang menggambarkan bahwa kita benar-benar dapat menghargai karya cipta orang lain. Coba kita bandingkan dengan ungkapan berikut, “ah, kalau itu sih siapa juga bisa”, atau “yah, lumayan lah nggak jelek-jelek banget sih” dan yang semisalnya. Betapa kata-kata ini menampakkan kita belum dapat menghargai apa yang dilakukan orang lain. Coba kita lihat bagaimana Rasulullah SAW ketika ada seseorang yang sedang berbicara dengannya, maka dengan penuh khusuk beliau hadapkan badan, telinga, dan matanya untuk memperhatikan lawan bicaranya, dan tidak pernah beliau memotong pembicaraan orang tersebut, sampai ia benar-benar telah selesai dari pembicaraannya. Hal ini batapa Beliau mengajarkan kepada kita untuk selalu menghargai orang lain dan inilah caranya agak kita dapat memiliki kepribadian yang menyenangkan sehingga orang lain merasa nyaman berada di sisi kita.

Keempat Tidak memalingkan muka kepada orang yang suka maksiat; Dalam lingkungan kita terkadang ada orang yang di anggap sampah masyarakat. Kegemarannya adalah mencari keonaran dan banyak orang yang dalam menghadapi orang semacam ini, malah mengucilkannya. Sampai-sampai ada kesepakatan untuk tidak melakukan hubungan dengan orang tersebut. Sebagai seorang muslim yang kuat, yang tentunya memiliki keyakinan akan adanya kebaikan dalam diri orang tersebut, kita tidak boleh secepatnya memutuskan hubungan dengannya.

Akan tetapi kita berusaha untuk selalu mencari celah mengajaknya kembali kepada jalan yang benar. Bahkan harus kita ciptakan strategi yang dapat membuatnya luluh untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang tercela tersebut. Terkadang untuk mewujudkan hasil ini, perlu sesekali kita mengikuti dunia hitam yang orang tersebut geluti seperti dunia malam, hiburan, perjudian, dan lain-lain… namun ada satu misi yang kita lakukan, yakni kita akan merubah jalan hidup orang tersebut sekiranya kita telah berhasil meraih hati orang tersebut.

Ada satu contoh yang menarik dari cara dakwah seorang wali songo yang ikut menggunakan wasilah musik dan kesenian daerah untuk dijadikan sarana dakwah, ia gunakan wasilah yang sama namun isi dari pertunjukan itu ia rubah menjadi nada-nada dakwah kepada jalan Allah SWT. Berapa banyak orang yang awalnya tidak tahu agama lalu menjadi tertarik dengan ajaran agama dengan cara seperti itu. Kuncinya adalah, agar kita tidak cepat memandang sebelah mata terhadap orang-orang yang kadang dianggap sebagai sampah masyarakat.

Kelima Tidak angkuh; Banyak orang mengira bahwa dengan bersikap angkuh akan menjadikan diri kita disegani oleh orang lain, yang betul justru sebaliknya orang akan enggan bergaul dengan kita. Dalam realitas hidup bisa jadi ada orang yang merasa minder melihat kesuksesan hidup yang di raih oleh kita misalnya, rasa minder ini lalu akan melahirkan rasa rendah diri dan kurang bersahabat dengan kita. Pada saat inilah kita perlu menunjukkan perasaan rendah hati kita untuk memulai mencairkan kondisi dengan bersikap ramah dan tawaduk kepada mereka. Hal ini pula yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, ketika ada seseorang hendak menghadap kepada beliau untuk satu keperluan, namun karena besarnya wibawa Rasulullah SAW maka orang tersebut menjadi gugup dan tidak percaya diri, dengan santun Nabi berkata, “Santai saja, Aku bukanlah malaikat, Aku hanyalah seorang anak ibu dari suku Quraisy yang juga sama-sama makan bubur nasi”.

Sikap tawaduk inilah yang membuat suasana menjadi cair dan berjalan normal, sehingga orang lain merasa senang berada di sisi kita. Lalu coba kita bedakan dengan sikap syaithan yang berkata “sesungguhnya Aku lebih mulia dari Adam, karena Aku diciptakan dari api, sedang Adam dari tanah,” (QS: 38;76).

Demikianlah di antara cara bagaimana memiliki kepribadian yang menyenangkan, semoga dengan bekal cara ini kita dapat memperoleh target dari sebuah pergaulan hidup yaitu menyebarkan keindahan-keindahan ajaran Allah SWT, baik dengan cara lisan maupun dengan amal perbuatan. Siapa tahu, banyak orang yang tertarik pada Islam bukan hanya disebabkan keindahan ajarannya saja, namun karena ketertarikan mereka kepada perangai yang menyenangkan dari yang kita miliki itu. Amin Ya Rabbal Alamin

Penulis dapat di hubungi di : sumardihmi@yahoo.com, ardi.ev83@gmail.com
[1] Kepala Badan Pengelola Latihan (BPL) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kota Jantho. alamat blog pribadi http://www.sumardievulae.blogspot.com/

Foto Di Pantai Lhoknga Aceh Besar

Di pantai Lhoknga Desember 2005

nehi evulae


Di Plaza Andalas Sumatera Barat
juli 2008